Senin, 12 September 2011

GUBERNUR JAWA BARAT RAIH ANUGRAH PENDIDIKAN INKLUSI



Senin, 12/09/2011 - 16:15

MANADO, (PRLM).-Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo menerima penghargan Anugerah Pendidikan Inklusi (Inclusive Education Award) kategori pemerintah daearah. Penghargaan itu diserahkan oleh Mendiknas Mohammad Nuh saat pembukaan Olimpiade Sains Nasional (OSN) X/2001 di Convention Center Hotel Grand Kawanua, Manado, Provinsi Sulawesi Utara, Senin (12/9).

"Pendidikan khusus di kedua daerah ini sangat maju dan perlu dicontoh untuk daerah lainnya. Bahkan mereka sudah memiliki Perda Pendidikan Inklusi yang mengalokasikan anggaran untuk pendidikan khusus dari APBD," ujar Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PPK LK) Pendidikan Dasar (Dikdas) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) Mudjito, sebagaimana siaran pers yang diterima “PRLM” di Jakarta, Senin (12/9).

Selain kepada Ahmad Heryawan dan Soekarwo, anugerah juga diserahkan kepada sejumlah sekolah dan individu yang selama ini berjasa dalam pengembangan pendidikan inklusi di tanah air.

Kategori sekolah, penghargaan diberikan kepada Kepala SD Negeri Cempaka Putih Barat 16 Jakarta Pusat Kelanawati dan Kepala SD Negeri Teupit Pukat, Nanggroe Aceh Darussalam Sumarni.

Sementara itu, untuk kategori individu, masing-masing diberikan kepada Prof. Dr. Iim Wasliman, MSi dari Jawa Barat dan Dra. Iis Masdiana, MPd dari Sulawesi Selatan. Iis Masdiana adalah guru di SLB Negeri Pembina Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan lulusan Jurusan Pendidikan Luar Biasa dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan sudah menetap dan menjadi warga Kota Makassar sejak sebelas tahun lalu. "Penerima penghargaan telah melalui tahap seleksi dan penilaian yang sangat ketat hingga Agustus 2011," ujar Mudjito.

Nomine yang masuk ke panitia, kata Mudjito, seluruhnya mencapai 127 berkas. Dengan rincian, sembilan berkas untuk kategori pemerintah daerah, 57 untuk kategori sekolah, dan 61 untuk kategori individu.

Mudjito memaparkan, pada tahun 2008 jumlah sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (sekolah umum/reguler seperti SD, SMP, SMA yang menerima siswa penyandang ketunaan atau anak berkebutuhan khusus/ABK) ada sebanyak 254 sekolah dengan jumlah siswa kurang dari 2.000 siswa ABK. Data sementara tahun 2011, Direktorat PPK LK Dikdas telah mencatat ada sebanyak 1.664 sekolah penyelenggara pendidikan inklusi dengan 354.000 siswa ABK.

"Artinya, kontribusi yang diberikan oleh program pendidikan inklusif dalam peningkatan APM terhadap ABK sangat tinggi. Disamping itu, penerimaan sekolah umum terhadap ABK juga mendorong ABK dan orang tua ABK untuk mendapatkan hak pendidikannya," katanya.

Mudjito menuturkan, keterlibatan siswa berkebutuhan khusus terutama pada penyandang tunanetra, tunadaksa, dan tunarungu kali ini memasuki tahun ketiga dalam ajang OSN dan hasilnya sangat menggembirakan. Banyak potensi terpendam dari anak-anak berkebutuhan khusus ternyata sangat mengejutkan dan di luar dugaan. "Di tengah keterbatasan mereka ternyata banyak potensi dan prestasi yang mereka persembahkan untuk bangsa ini," ujarnya.

OSN untuk jenjang pendidikan dasar kategori ABK, yaitu SDLB/inklusi dan SMPLB/inklusi ini diikuti oleh sebanyak 132 siswa tunanetra, tunadaksa, dan tunarungu yang mewakili 33 provinsi.

OSN X/2011 tingkat pelajar ini digelar mulai 12 s.d. 16 September 2011. Agenda tahunan Kementerian Pendidikan Nasional ini diselenggarakan sebagai sarana mengembangkan kreativitas siswa dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus sebagai sarana menumbuhkembangkan semangat berkompetisi dan tradisi berprestasi, baik di tingkat nasional maupun internasional.(A-94/kur)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar